Rabu, 21 Agustus 2013

MEMBANGUN PONDASI DAN MENATA MASA DEPAN PAPUA (2013 - 2018)


KULIAH UMUM GUBERNUR PAPUA : LUKAS ENEMBE, S.IP, MH DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS CENDERAWASIH

Pertama kalinya dalam sejarah Universitas dan orang Papua, orang nomor satu Papua Gubernur Lukas Enembe mengadakan kuliah umum (19/08) dalam rangka penyampaian substansi Visi Misinya untuk Papua 5 tahun kedepan dihadapan Civitas Akademik (CA).  Kegiatan yang berlangsung  secara tertutup dihadapan 2000 lebih Mahasiswa itu berjalan dengan cukup khidmat. Sayang, dari hasil pemantaun kami, untuk petama kali pula kegiatan ini kemudian paling mendapatkan protes yang cukup mengejutkan dari sebagian besar Civitas Akademik. Mengapa kemudian komplain ini muncul, kita ikut saja kronologi dan alasan mendasar mengapa kegiatan ini menjadi bahan bibir CA yang kurang menyenangkan.



Seperti ulasan kami (http://herminjewill.blogspot.com/2013/08/stadium-generale-dalam-penyampaian-visi.html )  disitu kami membahas mengenai substansi dari pelaksanaan sebuah pelaksanaan Stadium Generale (kuliah umum) itu sendiri yang bersifat umum dalam penyampaian ideologi yang benar – benar baru serta manfaatnya pada konsumen. Disana, kami mengulas mengenai penyampaian stadium general itu sendiri yang sudah benar – benar berjalan sesuai dengan fungsinya dalam penyampaian Visi Misi Rektor Universitas.  Berdasarkan itu, hakekatnya, dapat kami katakan bahwa kegiatan yang dilaksanakan kemarin itu juga sudah sangat tepat  meskipun pesertanya lebih spesifik karena keberlangsungan acara itu yang lebih tertutup. Menariknya, justru hal itu yang kini menjadi sebuah perbincangan hangat bagi CA. Memang benar juga bahwa untuk konteks permasalahan ini, Pimpinan Universitas telah melakukan penegasan yang baik dengan melakukan disiplin untuk menghargai khidmatnya perjalanan sebuah kegiatan dengan menghadirkan pembicara yang notabene merupakan orang nomor 1 Papua. Hanya saja, hal ini bukan membuat civitas memiliki rasa respect yang tinggi pada para pimpinan, justru sebaliknya. Setidaknya, ada dua alasan setelah banyak mendapatkan masukan dari CA yang berhasil Redaktur himpun. Pertama, Penegakkan aturan yang kurang berimbang dengan konsekuensi logis dari sebuah tidakan. Misalnya tindakan yang dilakukan pejabat kemarin dengan mengadakan kunci pintu untuk tujuan menertibkan keamanan kemarin dinilai kurang mengkaji dengan baik situasi real dilapangan. Dalam hal ini, penegakan itu harus relevan dengan pelayanan dasar pada CA atau Audiens. Berkaitan dengan kondisi kemarin, banyak mahasiswa maupun civitas yang kecewa, karena untuk kebutuhan dasar seperti makan minum saja, CA dilarang untuk keluar. Selain itu, sebagian  juga mengeluh karena kondisi AC yang settingannya terlalu dingin ataupun mahasiswa Pascasarjana yang beradu mulut dengan salah satu pejabat Universitas karena ingin keluar dari pintu. Masalah lainnya, terkait suasana Mahasiswa yang semakin tidak fokus dalam menyampaikan pertanyaan terkait materi, dan Gubernur mencoba mengontak protokolernya untuk mengatasi kondisi tersebut itupun bahkan tidak diperbolehkan sama sekali. Aneh tapi nyata, tapi itulah yang tejadi dalam penegakan aturan di Universitas Cenderawasih kemarin. Kedua, terjadinya penyelewengan tugas dan kewenangan. Contoh, selama ini tugas menjaga pintu Auditorium itu sudah merupakan kewenangan petugas keamanan. Sayang, untuk masalah sepele seperti itu harus ditangani secara langsung oleh Pimpinan Universitas. Aneh tapi nyata? Lalu apa yang terjadi dengan petugas keamanan Universitas? Petugas yang sudah berpuluhtahun mengabdikan diri pada Universitas, justru tidak dimintai saran atau masukan sedikitpun. Atau setidaknya memberikan kesempatan kepada mereka untuk melakukan tugas mereka dengan baik. Belajar dari pengalaman Universitas selama ini, meskipun pihak keamanan Universitas tidak memiliki kapasitas Pendidikan yang cukup tinggi seperti petinggi kami yang kami banggakan, merekapun  memiliki segudang pengalaman yang  layak dipertimbangkan dalam menentukan sebuah kebijakan terkait  penertiban moment – moment penting seperti ini. Tentu saja dengan tujuan untuk mengantisipasi resiko maupun konsekuensi yang sekiranya terjadi.  Menurut salah satu petugas keamanan Uncen, mengatakan bahwa : “ Dulu waktu Rektor Kambuaya (saat ini, Menteri Lingkungan Hidup) ada, Auditorium ini selalu terbuka tapi tidak ada masalah”. “Dan jika Mahasiswa mau ribut, beliau selalu mendengarkan dulu sebelum mengeluarkan statement”. Selain itu, satu hal yang tidak bisa saya lupa ketika beliau ada yaitu beliau tidak pernah meng interfensi kami dalam melaksanakan tugas seperti yang terjadi saat ini.” Artinya penegasan itu baik hanya saja harus dibarengi dengan konsekuensi yang relevan. Meskipun kita mengharapkan insan CA harus siap, kenyataannya tidak semuanya demikian bahkan kebanyakan belum siap dengan adanya komplain yang kami dengar. Hal ini berani saya kemukakan karena untuk penerapan disiplin seperti ini,  bukan hal yang baru bagi Universitas, sehari sebelum kegiatan ini diselenggarakanpun, Mantan Rektor kami (saat ini : Ketua Koopertis Wilayah Papua dan Papua Barat): Festus Simbiak, M.Pd dan Rekotr saat ini : Prof Dr Karel Sesa, M.Si juga telah memberlakukannya secara tidak langsung pada saat menyelenggarakan kegiatan Pembukaan PKKMB. Bedanya, disitu semua civitas sangat menghargai pendekatan tersebut dibandingkan yang kemarin dengan penerapan disiplin yang sangat fleksibel. Disitu terlihat jelas bahwa CA sangat menghargai tindakan tersebut yang memberlakukan penegasan semi – open dengan tidak melakukan tindakan anarkis sedikitpun. Itu sebabnya untuk sesuatu yang baru diterapkan di Universitas atapun dimana saja, yang kami permasalahkan sebenarnya bukan kebijakannya namun keseimbangan dari kebijakan yang diambil agar seminimal mungkin mampu menekan konsekuensinya. Dan untuk kasus ini,  menurut kami, memang penegasan ini sudah merupakan hal yang sangat substansial bagi  CA dan Lembaga ini karena kami sangat yakin bahwa manfaat yang akan diperoleh dari penegasan kemarin akan sangat besar bagi CA namun kami tetap mengharapakan dalam penerapannya juga perlu mempertimbangkan semua konsekuensi logis yang sekiranya terjadi kedepan.  
Dalam orasinya berdasarkan Visi : Papua Bangkit, Papua Mandiri dan Papua Sejahtera dengan prinsip “Kasih menembus Segala Perbedaan”, Lukas Enembe : Gubernur Provisi Papua menyampaikan orasi ilmiahnya sangat rileks dan tegas bahkan dalam menjawab seluruh pertanyaan yang dilontarkan oleh CA. Visi ini kemudian beliau tuangkan dalam bentuk 100 hari kerja yang menghasilkan rumusan pembangunan 5 tahun kedepan: “Membangun Fondasi dan Menata Masa Depan Papua”. Dengan beberapa strategi pengembangan Papua jangka lima tahun yang beliau tawarkan kepada Audiens sebagai berikut :
       Strategi  pemenuhan kebutuhan dasar  masyarakat (sandang, pangan, papan)
       Strategi Pembangunan Masyarakat Adat  berbasis Kampung
       Strategi Pengembangan Sumber Daya Alam yang Berkelanjutan
       Strategi Pengembangan Kawasan Lindung
       Strategi pengembangan Fungsi Kawasan-Kawasan Potensial Ekonomi
       Strategi Pembangunan Wilayah Perbatasan (Negara, Provinsi, dan Lintas Kabupaten/Kota)
       Strategi Pengembangan Kawasan Tertinggal, Pedalaman, dan Pulau-Pulau Kecil
       Strategi Penataan Kawasan Perkotaan
       Strategi Peningkatan Infrastruktur  Wilayah dalam mendukung Peran Pusat-Pusat Kegiatan (growth-centre) dan Pelayanan Masyarakat (community-based)
       Strategi Pengembangan Kawasan Khusus (ekonomi, sosial budaya, konservasi, dan kawasan lainnya)
       Strategi pengembangan pengwilayahan komoditas
       Strategi pengembangan sumberdaya manusia yang berdaya saing
       Strategi  reformasi birokrasi  (penciptaan pemerintahan  yang bersih & bebas dari KKN)

Menurut kami, pemaparan ini merupakan sebuah pemaparan yang sangat kompleks namun ringkas. Sejujurnya, ideologi ini sungguh luar biasa. Untuk itu, Gubernur beserta para Team yang sudah merancang ideologi ini, sangat layak untuk mendapatkan ancungan jempol dari seluruh khalayak. Hanya saja, substansi yang baik ini kemudian tercemar dengan permasalahan teknis yang tejadi kemarin, itu sangat kami sesalkan. Ini merupakan prediksi yang menyebabkan ketidaksembangan diatas dapat mencuat sampai pada penegasan aturan yang kurang proporsional. Hal yang paling mendasar yang memicunya hal ini, menurut pantauan kami yaitu kurang berfungsinya Kehumasan dan Keprotokoleran Universitas maupun Gubernur. Untuk acara ini, kami sendiri yang berkecimpung dibidang ini, tidak direkomendasikan tugas penting ini sebagai penyambung lidah yang menyuarakan pentingnya kegiatan ini bagi CA sendiri maupun masyarakat Papua. Menimbang : fungsi dan manfaat stadimun generale itu sendiri yang sesuai dengan nilai budaya Papua. Misalnya untuk kami masyarakat pegunungan, secara tradisi, tempat orang berkumpul untuk memaparkan ideologi seperti kemarin dikenal dengan sebutan “KUNUME” (tidak tahu dengan suku lainnya yang ada di Pulau Cenderawasih?). Untuk itu, saya dengan sangat yakin berani mengatakan bahwa Gubernur kita (NB : salah satu Putra Gunung) masuk Universitas Cenderawasih untuk memaparkan ideologi karena beliau tahu dan sadar bahwa Uncen merupakan KUNUME-nya orang Papua. Tempat ini menjadi sangat penting baginya dalam memaparkan ataupun menampung ideologi baru dengan harapan CA maupun masyarakat Papua siap sinergi dengan segala kebijakan kedepan. Sayang, untuk konteks ini, kami (Humas Universitas) bahkan tidak diberikan kebebasan untuk menggunakan kewenangan kami di Auditorium kemarin apalagi Keprotokoleren Gubernur, seperti sudah kami paparkan diatas, diperbolehkan masuk saja sulit apalagi warga Papua yang benar – benar tidak terikat dengan Universita Cenderawasih. Memang benar, itupun tidak sepenuhnya kami persalahkan pada Pimpinan Universitas. Terkait, mungkin saja itu karena kelalaian pihak ke-Humasan atau Ke-protokeleran itu sendiri yang kurang disiplin. Berbicara mengenai disiplin, secara kodrat, manusia itu sama nilainnya. Yang kami permasalahkan tentang penegakkan disiplin disini, jika memang aturan itu harus ditegakkan, mengapa itu tidak diberlakukan bagi seluruh insan (termasuk petinggi Universitas maupun Petinggi Papua). Dari informasi yang kami peroleh, Gubernur sendiri bahkan hadir telat. Bagaimana kemudian aturan tersebut dituntut untuk ditegakkan? Bagi kami, Orasi Ilmiah kemarin merupakan hal yang sangat penting dan mendasar dan layak disimak oleh seluruh CA bahkan warga Papua. Sayang, terkait semua peristiwa diatas, hanya sebagian kecil manusia Papua yang mendengarkannya dan itupun mungkin hanya 1%  orang saja yang memahami, mengkritisi dan mungkin saja nol koma sekian persen saja yang memahami dan siap sinergi dengan segala kebijakan Beliau kedepan. Dan sebagian besar CA atau masyarakat  yang bisa memberikan sumbangan ide mungkin saja masyarakat yang berada dijalanan yang tidak diperbolehkan petugas untuk hadir kemarin.
Mempelajari hal diatas kemudian, banyak warga yang mungkin merasa sangat prihatin dengan keadaan ini. Untuk itu saat tulisan ini kami naikkan, sama sekali tidak ada maksud kami untuk memprovokasi namun murni untuk membenahi segala sesuatu yang terjadi yang tidak sesuai dengan hati nurani sebagian CA atau warga namun juga membenahi segala yang ada seperti motto Enembe 5 tahun kedepan : “Membangun Fondasi dan Menata Masa Depan Papua”. Untuk itu, sebagai CA atau warga negara yang baik, kita bisa menjadikan ini sebagai bahan pembelajaran. Yang baik kita pakai untuk membenahi hidup kita dan yang tidak kita buang atau kita simpan untuk digunakan seperlunya kelak jika dibutuhkan. 


       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar